top of page

MENDIDIK SEPENUH HATI DENGAN KETERBATASAN INTERNET


Di mata dunia, Indonesia dikenal sebagai julukan “Heaven on Earth.” Hal ini disebabkan oleh kekayaan alam melimpah yang dimiliki Indonesia. Selain kekayaan alamnya, julukan tersebut disematkan karena Indonesia memiliki keberagaman budaya yang unik di mata dunia. Namun siapa sangka, kondisi di Indonesia tidak sepenuhnya seperti surga. Hal ini dibuktikan dengan belum meratanya akses internet pada wilayah-wilayah Indonesia lainnya, di tengah gempuran teknologi digital ini. Seperti yang dirasakan oleh Ibu Tri Widyaswari, salah satu pendidik di SD Negeri Talang Layan, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Beliau mengungkapkan bahwa letak geografis sekolahnya berada 120 KM dengan pusat kota, bahkan jaringan internet tidak tersedia, dan listrik pun lebih banyak mati dari pada hidupnya. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Ibu Tri yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan generasi penerus Bangsa Indonesia.


Kondisi tersebut semakin parah dirasakan saat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Seiring berjalannya waktu, Ibu Tri mendapatkan informasi mengenai recruitment VR Ambassador di tahun 2021. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Ibu Tri berhasil menuntaskan program VR Ambassador dan terpilih sebagai koordinator Pendekar VR wilayah Sumatera Selatan. “Saya sangat bersyukur bisa bergabung dengan pendidik hebat lainnya untuk menjadi pendidik yang adaptif dengan perkembangan zaman,” ucap Ibu Tri selama bergabung ke dalam komunitas besutan MilleaLab tersebut. Ditambah lagi dengan platform Virtual Reality yang difasilitasi MilleaLab sangat mempengaruhi kebahagiaan belajar para peserta didiknya. Menurutnya penggunaan MilleaLab ini mampu memvisualisasikan konsep yang abstrak, serta memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.


Mengingat keterbatasan internet yang terdapat di sekolah tempat Ibu Tri mengajar, memaksa beliau untuk memutar otak dalam menerapkan pembelajaran berbasis Virtual Reality. Peserta didik mendownload konten terlebih dahulu menggunakan internet dan dapat diakses kembali tanpa menggunakan internet, sehingga Ibu Tri menggunakan metode ini untuk memaksimalkan MilleaLab dalam kegiatan belajar mengajarnya di wilayah terbatas. Ketika telah terunduh, konten tersebut ditonton menggunakan kacamata VR oleh peserta didik di sekolahnya. Apa yang dilakukan oleh Ibu Tri tersebut merupakan salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukannya untuk menciptakan bahagia belajar pada peserta didik di SD Talang Layan, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Upaya tersebut dilakukan Ibu Tri karena kesadarannya akan teknologi Virtual Reality yang memiliki impact begitu besar terhadap pendidikan di Indonesia. Seperti halnya dalam peningkatan emosi positif peserta didik, daya ingat peserta didik, dan ketertarikan peserta didik. Sehingga Ibu Tri memiliki keyakinan yang begitu tinggi terhadap platform Virtual Reality MilleaLab untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.


Terlepas dari impact yang dirasakan Ibu Tri, beliau juga turut merasakan kebahagiaan dalam pengoperasian MilleaLab ini. Dimulai dengan penyusunan storyboard hingga pembuatan konten pembelajaran itu sendiri. Pembuatan konten yang cukup dengan drag and drop saja berhasil memunculkan sensasi seperti bermain game yang juga turut dirasakan Ibu Tri. Namun menurut Ibu Tri, “Saya sangat menyukai fitur template kelas. Sehingga lebih hemat waktu dalam membuat kelas. Kita bisa memodifikasi kelas yang ada dan Saya juga suka fitur aset 3D yang terlihat seperti dunia nyata.” Berkaitan dengan hal tersebut, Ibu Tri berharap “MilleaLab tetap dapat membantu memfasilitasi pendidik. Sehingga lebih banyak pendidik lagi yang bisa dilatih dan merasakan manfaat dalam mewujudkan transformasi pendidikan yang lebih bermakna. Tetap berbagi, menjadi pelopor pembelajaran VR di Indonesia,” ujarnya.


Comments


bottom of page