Kepala Sekolah SMPN 3 Pagedongan, Banjarnegara, Asri Ratna Sari menceritakan kisahnya yang baru-baru ini berhasil membawa sekolahnya masuk ke dalam 30 besar KEMENDIKBUD mengenai praktik pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi sendiri merupakan proses pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Hal ini cukup menantang bagi para pendidik, karena peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan para pendidik memiliki kewajiban untuk memfasilitasi hal tersebut. Perasaan menantang itu pun turut dirasakan oleh Ibu Asri, sampai pada akhirnya menemukan metode pembelajaran yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan teknologi digital, yaitu pembelajaran berbasis Virtual Reality. Hingga kini pun Ibu Asri tetap konsisten dalam menciptakan bahagia belajar pada peserta didik dengan menggunakan Virtual Reality MilleaLab.
Informasi mengenai pembelajaran berbasis Virtual Reality ini didapatkannya melalui salah satu temannya, “Saya ditawari teman Ketua IGI Jawa Tengah, dan sekolah kami menerima,” ujarnya. Metode pembelajaran ini pun mulai dikembangkan di SMPN 3 Pagedongan, dan impact-nya pun juga turut dirasakan oleh peserta didiknya. “Impact-nya sangat luar biasa, peserta didik sangat tertarik, bahkan setelah menggunakan Virtual Reality, peserta didik semakin semangat untuk literasi,” sambung Ibu Asri. Hal ini lah yang berpengaruh terhadap penilaian diferensiasi pembelajaran tersebut. Terlebih lagi impact seperti peningkatan emosi positif, daya ingat, dan ketertarikan peserta didik pada pembelajaran juga sudah terbukti dan sekolah SMPN 3 Pagedongan menjadi salah satunya.
Tidak sampai di sana, Ibu Asri pun harus memikirkan bagaimana penerapan teknologi Virtual Reality ini agar konsisten. Pasalnya secara geografis, SMPN 3 Pagedongan sendiri terletak pada kawasan pegunungan dan perhutanan, yang tentu saja berpengaruh terhadap jaringan internet yang tidak setara dengan daerah perkotaan. Dengan begitu, Ibu Asri harus membuat konten pembelajarannya di rumah yang tersedia jaringan internet, dan digunakan oleh peserta didik secara offline di sekolah. Upaya Ibu Asri ini demi menciptakan bahagia belajar pada peserta didik dan pendidik. Menurutnya “MilleaLab adalah sumber belajar yang asik dan menarik. Para pendidik juga dapat berkolaborasi dengan pendidik lainnya dalam membuat konten pembelajaran. Bahkan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, tidak lagi menjadi masalah. Karena MilleaLab memfasilitasi ratusan hingga ribuan 3D asset, yang penggunaanya hanya drag and drop saja. Seperti laboratorium beserta alat-alatnya,” ujar Ibu Asri.
Apa yang dilakukan oleh Ibu Asri ini merupakan bentuk perjuangan seorang pendidik, demi mempersiapkan generasi penerus bangsa yang mampu melanjutkan keberlangsungan Bangsa Indonesia. Ibu Asri pun berpesan bahwa “Sebagai kepala sekolah, saya berusaha untuk mengatasi keterbatasan internet ini. Pendidik lainnya, Saya latih dalam membuat konten pembelajaran berbasis Virtual Reality, demi kualitas pendidikan di Indonesia. Saya berharap, secepatnya ada perbaikan akses internet dari pemerintah untuk pengalaman belajar yang lebih maksimal lagi. Karena dengan menggunakan MilleaLab, telah membuktikan sekolah kami masuk ke dalam 30 besar sekolah dengan praktik pembelajaran diferensiasi dari KEMENDIKBUD RISTEK.”
Comments