“Keterbatasan tidak menghalangi Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. dalam implementasi teknologi Virtual Reality di ruang kelas. MilleaLab adalah wadah inovatif dan solutif untuk dunia pendidikan tanah air.”
Langkah awal Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd., selaku pendidik di SMK Negeri 2 Cilaku, Jawa Barat, dalam mengimplementasikan teknologi Virtual Reality (VR) pada proses pembelajaran adalah perasaan ingin berkembang seiring perubahan zaman.
Di lain sisi, MilleaLab menjadi platform inovatif yang menunjang pengabdian Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd., kepada dunia pendidikan. Muhammad Rizki, salah satu peserta didik kelas 11 di SMKN 2 Cilaku pun merasakan langsung dampak pembelajaran VR MilleaLab terhadap motivasi belajarnya. Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd., menyampaikan, “Kalau saya tidak berpindah ke arah teknologi terbaru seperti VR, saya akan tertinggal. Alhamdulillah saya kenal MilleaLab dan sedikit demi sedikit belajar membuat scene dan sebagainya hingga bisa diimplementasikan di ruang kelas.”
Berkat program MilleaLab, yaitu “100 Sekolah Pionir VR” dan “1000 Guru Pionir VR”, serta kegiatan-kegiatan inovatif lainnya, kini Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. berhasil menjadi VR Ambassador MilleaLab. “Pada 2019, MilleaLab bekerjasama dengan SEAMOLEC membuka pelatihan secara daring. Saya rutin ikut sebagai peserta umum dan mengikuti pelatihannya. Sekarang saya jadi salah satu VR Ambassador juga,” ujar Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. Dampaknya, Rizki yang merupakan salah satu peserta didik Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. pun menyampaikan, “Di kelas 10 saya sudah mencoba dan diinformasikan oleh bapak Hendri bahwa MilleaLab ini seperti membuat animasi, keren gitu. Menurut saya, cara belajarnya beda yah. Mungkin kalau tidak menggunakan VR terkesan monoton dan jadi gampang bosen juga.”
Kegemaran Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. terhadap pembuatan scene pembelajaran VR di MilleaLab memberikan kemudahan tersendiri. Sebelumnya, ia mengaku bahwa pembuatan 1 scene di MilleaLab dapat memakan waktu kurang lebih sekitar 1 minggu. Kini, ia mampu menciptakan 1 scene pembelajaran hanya dalam kurun waktu beberapa jam. Tentunya, hasil dan kemudahan ini tercapai karena kerja keras dan praktik baik yang Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. implementasikan, termasuk penyematan budaya lokal setempat. “Ada 1 budaya Cianjur yang saya terapkan, yaitu Ngaos, Mamaos, Maenpo di salah satu scene saat mengikuti kompetisi dari MilleaLab. Jadi, masyarakat tidak perlu mengunjungi Cianjur terlebih dahulu untuk mengenal Cianjur,” ucap Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd.
Faktanya, keterbatasan akses peserta didik terhadap kacamata VR sangatlah terbatas. Ketika Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. sadar akan hal itu, MilleaLab telah lebih dulu sadar akan hal tersebut. MilleaLab menyediakan kacamata VR berbahan cardboard. Tujuannya, yaitu seluruh peserta didik dapat menikmati pembelajaran VR dan merasakan langsung dampaknya. “Tantangannya adalah dulu kacamata VR itu mahal sekali. Namun, MilleaLab memberikan solusinya. Ini saya juga dapat VR cardboard dari MilleaLab saat kegiatan “100 Sekolah Pionir VR”,” ucap Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. Segala praktik baik berupa implementasi VR di ruang kelas telah membawa Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. kepada satu kesadaran. Bahwa teknologi VR menjadikan pendidik relevan belajar bersama peserta didik.
Melalui MilleaLab, Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. berharap tidak hanya dirinya yang merasakan dampak teknologi imersif VR di dunia pendidikan. Ia berharap seluruh peserta didik di Indonesia mengalami kesempatan yang sama. “Manfaatnya sih saya harap seluruh peserta didik Indonesia, khususnya di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Mereka bisa punya pengalaman yang baru. Mungkin kalau kita lihat sejarah VR ini sudah lama dan jangan sampai para peserta didik baru tahu ada teknologi yang namanya VR,” tutup Hendri Kurniadi, S. Pd., Gr., M. Pd. Hingga kini, MilleaLab terus aktif secara konsisten menyebarkan dampak imersif pembelajaran VR di dunia pendidikan.
Commenti