
Pendidikan mengenai seni, sudah sangat mutlak tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai imajinatif para peserta didiknya. Pada dasarnya, pendidikan seni bertujuan untuk mengasah kepekaan rasa, kreativitas, dan cita rasa estetis peserta didik dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran kultural peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Jika pendidikan seni hanya berfokus pada penjelasan teoritis dan praktik saja, maka proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan tidak berjalan dengan efektif atau maksimal. Karena ruang atau kapasitas untuk meningkatkan imajinasi para peserta didik relatif terbatas, seperti textbook, video-video di internet, dan sebagainya. Hal ini jika tidak ditindaklanjuti, cepat atau lambat akan berpengaruh dan meluas pada bidang-bidang lainnya di luar seni.
Dalam sebuah jurnal penelitian mengenai Virtual Reality terhadap proses pembelajaran, yang berjudul “Design and Implementation of Computer-Aided Art Teaching System based on Virtual Reality” menjelaskan bahwa salah satu permasalahan dalam pendidikan seni di China adalah minimnya ruang imajinasi bagi peserta didik yang sangat mempengaruhi turunnya minat dan antusiasme peserta didik terhadap pembelajaran seni. Hal tersebut dikarenakan oleh metode pembelajaran yang masih bersifat tradisional. Di mana pendidik menjelaskan materi textbook di depan kelas, dan peserta didik diminta untuk mengeksplorasi sendiri dengan berbagai tools yang ada di komputer. “At present, in the practical application of research learning based on computer digital network learning platform, the use of computer is only in the search and retrieval of teaching materials.”
Pada jurnal tersebut, dijelaskan juga bahwa “In the past teaching, teachers usually use language to describe or use slides and other forms of multimedia teaching; But now, immersive virtual reality technology can be used for experiential teaching, so that students can get richer and diversified experience in the art class, promote the formation of students' cognitive structure, and can greatly stimulate students' creative thinking.” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran seni menggunakan Virtual Reality, terbukti mampu mendorong fungsi kognitif peserta didik yang secara langsung merangsang perkembangan pola pikir kreatif mereka secara terus menerus. Melalui pola pikir kreatif tersebutlah dapat dilihat apakah peserta didik mampu memanfaatkan imajinasinya atau tidak. Karena kalau sudah menghasilkan buah pikir yang kreatif, sudah pasti berimajinasi.
Melalui penelitian tersebut, telah dibuktikan bahwa pembelajaran berbasis Virtual Reality mampu memberikan impact yang signifikan pada peserta didik dan pendidikan itu sendiri. Namun dengan MilleaLab, selain menawarkan impact pada pendidikan dan peserta didik, MilleaLab turut menawarkan impact pada para pendidik. Di mana dalam proses pembuatan konten Virtual Reality, pendidik hanya cukup drag and drop ribuan 3D Aset yang telah disediakan MilleaLab tanpa membutuhkan kemampuan coding. Pendidik juga tidak perlu khawatir akan device yang dibutuhkan. Hanya dengan laptop dengan minimal RAM 2GB, pendidik dapat menghasilkan konten pembelajaran Virtual Reality yang siap digunakan oleh peserta didik.
Kommentare