2 tahun lebih hidup berdampingan dengan Covid-19, memaksa Saya Komang Eli Mahayani sebagai salah satu pendidik untuk beradaptasi terhadap kondisi yang ada. Bagaimana tidak, pemberlakuan istilah social distancing mengharuskan Saya untuk tetap menjalankan aktivitas belajar mengajar dari rumah, dengan harapan para peserta didik dapat memahami ilmu pengetahuan sesuai dengan yang seharusnya. Nyatanya begitu banyak tantangan yang harus kami lewati demi mencerdaskan generasi penerus Bangsa Indonesia ini. Seperti halnya adalah adanya jarak antara kami sebagai pendidik dengan peserta didik. Jarak tersebut diakibatkan oleh kecakapan para peserta didik dalam mengikuti perkembangan teknologi yang begitu pesat. Sedangkan sebagian besar para pendidik di Indonesia saat ini cenderung tidak sadar akan keberadaan berbagai teknologi yang ada disekitarnya. Padahal teknologi-teknologi tersebut sengaja diciptakan untuk membantu aktivitas para manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Demi tetap memberikan pelayanan pendidikan kepada seluruh peserta didik, maka satuan pendidikan harus memutar otak agar tetap memfasilitasi aktivitas pembelajaran dengan baik. Bahkan semakin hari pelaksanaan PJJ atau pembelajaran jarak jauh kemarin kian mengalami kendala. Ditambah dengan durasi PJJ yang semakin panjang menyebabkan munculnya rasa jenuh pada peserta didik dalam proses pembelajarannya. Munculnya perasaan bosan tersebut pun meluas menjadi pembelajaran yang tidak interaktif, dan penyerapan materi pembelajaran akan tidak maksimal karena pendidik tidak dapat memantau karakter para peserta didik didalam kelas online. Dengan begitu, cepat atau lambat kondisi tersebut dipastikan akan mempengaruhi keberhasilan belajar para generasi penerus bangsa ini.
Memahami kondisi tersebut, di sekolah Saya mengajar yaitu SMP Negeri 1 Negara menyikapi learning loss dengan menciptakan suasana pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Dengan memanfaatkan peran teknologi digital sebagai media pembelajaran pun menjadi salah satu solusi alternatif dalam menyikapi learning loss ini. Berdasarkan hal tersebut, Saya di SMP Negeri 1 Negara memanfaatkan teknologi digital berbasis Virtual Reality untuk menciptakan bahagia belajar pada peserta didik. Pada dasarnya, teknologi Virtual Reality ini merupakan sebuah teknologi yang dapat membuat para penggunanya untuk berinteraksi dengan lingkungan hasil simulasi komputer. Walaupun awalnya membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan teknologi ini, nyatanya teknologi Virtual Reality ini memberikan begitu banyak impact positif pada para pendidik, peserta didik, dan pendidikan itu sendiri. Seperti halnya meningkatkan emosi positif peserta didik, meningkatkan daya ingat peserta didik, dan meningkatkan ketertarikan peserta didik.
Di Indonesia, terdapat salah satu perusahaan teknologi Virtual Reality yang terintegrasi khusus dengan pendidikan, yang bernama MilleaLab. Setelah Saya menginstall aplikasi MilleaLab tersebut, Saya lanjutkan dengan merancang petualangan yang akan dilakukan oleh peserta didik dengan tetap memperhatikan tahapan proses pembelajaran. Mulai dari tahap apersepsi, pencarian informasi, dan akhirnya adanya sebuah evaluasi. Selain itu, Saya juga menggunakan berbagai macam aset yang sudah disediakan dengan cukup drag and drop saja pada aplikasi MilleaLab tersebut. Pada akhir petualangan tersebut, Saya juga memanfaatkan fitur quiz untuk mengukur pemahaman para peserta didik selama proses petualangan tersebut. Hal ini tentunya menjadi sebuah pengalaman baru bagi Saya sebagai pendidik dan para peserta didik.
Comentários