Pada dasarnya, pemanasan global atau global warming merupakan perubahan iklim yang berpengaruh terhadap meningkatkan suhu rata-rata udara, atmosfer, dan daratan bumi. Pengetahuan mengenai global warming ini umumnya sudah mulai kita kenali sejak bangku sekolah dasar, menggunakan buku maupun video. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada 2021, di mana sekelompok mahasiswa jurusan fisika di Universitas Negeri Surabaya melakukan penelitian terkait pembelajaran mengenai global warming menggunakan teknologi Virtual Reality. Padahal teknologi Virtual Reality ini dikenal sebagai perangkat tambahan dalam bermain video game, karena karakteristik utamanya yang mampu membuat para penggunanya merasa berada di dalam dunia virtual tersebut. Berdasarkan keunikan teknologi inilah yang mendorong mahasiswa jurusan fisika tersebut untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran global warming berbasis Virtual Reality, terlebih lagi di Indonesia.
Penelitian ini melibatkan 23 participants, di mana 20 orang merupakan peserta didik jenjang SMA dan 3 orang lainnya adalah mahasiswa, yang dilakukan secara online. Penelitian ini juga turut melibatkan experts, yang mana 2 dosen fisika pada salah satu universitas di Surabaya, 2 pendidik dengan pengalaman 5 tahun mengajar mata pelajaran fisika, dan 2 orang yang berpengalaman dalam mengembangkan pembelajaran online. Dengan begitu penelitian ini dianggap credible dalam proses hingga hasil dari penelitian ini. Hasilnya pun menjelaskan bahwa impact dari teknologi Virtual Reality MilleaLab ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik. Pada dasarnya, impact ini juga sudah sangat valid karena sudah teruji langsung oleh sekolah yang melangsungkan kerja sama dengan MilleaLab, dan ratusan ribu jurnal penelitian internasional yang membahas teknologi Virtual Reality dalam sektor pendidikan.
Sedangkan penilaian para experts, metode pembelajaran global warming berbasis Virtual Reality ini memiliki impact yang sangat bagus. Di mana terdapat 4 kategori penilaian, sesuai dengan keahlian masing-masing experts. Diantaranya:
Media process
Kategori ini dinilai langsung oleh dosen jurusan fisika, media expert dan pendidik mata pelajaran fisika. Masing-masing dosen memberikan nilai 93%, 2 orang pendidik turut memberikan nilai 93%, dan media expert memberikan nilai 89%.
Media display
Kategori ini dinilai langsung oleh dosen, pendidik, dan media experts. Dosen memberikan nilai 83%, pendidik memberikan nilai 94%, dan media expert memberikan nilai 88%.
Sustainability of media in physics learning aspect
Kategori ini dinilai langsung oleh dosen, pendidik, dan media expert. Keenam para experts ini memberikan nilai 100%.
Learning process
Kategori ini dinilai langsung oleh keenam para experts. Di mana dosen memberikan nilai 85%, pendidik memberikan 100%, dan media expert memberikan nilai 87%.
Berdasarkan rentang nilai 83-100% ini, secara tidak langsung menjelaskan bahwa teknologi Virtual Reality yang dikembangkan oleh MilleaLab ini sangat siap untuk diaplikasikan pada proses pembelajaran di Indonesia.
Menurut salah satu ahli, Nugroho menyatakan bahwa “Pembelajaran menggunakan media visual mampu membantu peserta didik dalam memvisualisasikan sesuatu yang abstrak menjadi konkrit dan lebih mudah dalam dipahami.” Apa yang disampaikan Nugroho tersebut tentunya sejalan dengan teknologi pendidikan yang dikembangkan oleh MilleaLab ini. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian MilleaLab sejak awal berdirinya pada tahun 2019. Berdasarkan impact-nya, MilleaLab telah diakses lebih dari 20.000 pengguna, bekerjasama dengan lebih dari 2.500 sekolah di Indonesia, menciptakan lebih dari 8.600 pendidik terlatih dan 300 VR Ambassador.
Comments