Denpasar, 25 Mei 2022 merupakan rangkaian dari acara “Kick-Off Transformasi Digital Pendidikan” yang berlangsung dari tanggal 24 hingga 25 Mei 2022, di Prime Plaza Sanur Denpasar. Kegiatan ini merupakan kolaborasi dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia menuju ke arah digital. Dalam pembukaan acara, Direktur Ekonomi Digital Dirjen Aplikasi Informatika KOMINFO, I Nyoman Adhiarna, berharap kepada para pendidik agar dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi saat ini, demi menciptakan suasana belajar yang lebih efektif dan menyenangkan dengan bantuan teknologi, walaupun peran tenaga pendidik menurutnya tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Perwakilan Millealab, Andes Rizky selaku Founder dan Managing Director hadir untuk memenuhi undangan menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Di mana pada sesi tersebut membahas seputar teknologi Virtual Reality dan Augmented Reality dalam ranah pendidikan. Diskusi tersebut berjalan begitu interaktif, ditambah lagi dengan antusias para audience yang sebagian besar merupakan pendidik, memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar cara pengoperasian teknologi Virtual Reality pada Millealab. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa tantangan seorang pendidik saat ini harus dapat memanfaatkan teknologi demi menciptakan bahagia belajar di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat. Ditambah lagi dengan kemampuan pendidik yang tidak dapat disamakan dalam pengoperasian teknologi masa kini, menciptakan bayangan terkait rumitnya mengoperasikan teknologi yang ada termasuk Virtual Reality.
Andes Rizky menjelaskan bahwa penggunaan teknologi Virtual Reality maupun Augmented Reality dalam ranah pendidikan, dibagi menjadi 3 tahapan. Mulai dari perencanaan yang meliputi identifikasi baik secara pedagogi atau kurikulum, kedua adalah eksekusi meliputi penempatan estetika, dan terakhir adalah refleksi atau feedback meliputi perubahan kebiasaan para peserta didik setelah menggunakan teknologi tersebut. Ketiga elemen ini merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan teknologi dan bahagia belajar bagi para pendidik dan peserta didik. Bahkan hingga kini, penyebaran praktik baik lebih meluas lagi masih dilakukan oleh Millealab secara bertahap, dan salah satu caranya adalah melalui acara pada pagi hari ini, ucap Andes.
Millealab mengusung konsep Community Development Content dalam mengembangkan konten Virtual Reality untuk pendidikan berkolaborasi dengan Pendekar VR di seluruh Indonesia. Melalui Pendekar VR, Millealab berfokus untuk mendorong para pendidik yang bergabung ke dalam komunitas yang diinisiasi oleh Millealab untuk mengembangkan konten-konten pendidikan berbasis Virtual Reality. Sehingga konten-konten VR yang ada, tidak dikembangkan langsung oleh para tim development. Karena pada dasarnya, satu-satunya yang dapat meningkatkan rasa penasaran dan kebahagiaan para peserta didik adalah para pendidiknya sendiri, bukan tim development, tambah Andes. Sebelum kegiatan ini berakhir, Andes juga menyampaikan untuk jangan takut terhadap teknologi yang ada di sekitar kita. Pada dasarnya, teknologi yang ada diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia. Dengan begitu, para pendidik juga harus berdamai dengan teknologi seperti Virtual Reality ini.
Melihat kondisi pendidikan Indonesia, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi generasi penerus bangsa melalui teknologi pendidikan. Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, keputusan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyelenggarakan kegiatan ini merupakan keputusan yang bijak. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat membuka mata dan hati para pendidik di Indonesia terkait teknologi Virtual Reality dalam dunia pendidikan, serta secara bertahap meninggalkan sistem pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran digital untuk meningkatkan kualitas pendidik, peserta didik dan pendidikan itu sendiri.
Commenti