top of page

Penyebaran Dampak Imersif #5:Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teknologi VR



“Bentuk penyebaran dampak imersif dari teknologi Virtual Reality di dunia pendidikan bisa datang melalui banyak sumber, salah satunya inisiasi workshop pengembangan bahan ajar berbasis teknologi VR oleh Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. MilleaLab memiliki Pendekar VR yang melaksanakan misi menyebarkan praktik baik implementasi VR.”



Kegigihan dari pendidik akan penyebaran dampak imersif teknologi Virtual Reality (VR) di dunia pendidikan secara tidak langsung telah menimbulkan semangat baru terhadap pendidik lainnya. Kegigihan yang disertai dengan semangat yang akan membawa dampak baik bagi dunia pendidikan. Semangat tersebutlah yang menggerakkan Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. untuk melaksanakan praktik baik berupa workshop pengembangan bahan ajar berbasis teknologi VR. Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. menyampaikan, “Kalau melihat rekan-rekan pendidik yang berjuang untuk menyebarkan dampak baik, bahkan ada yang harus menyeberangi pulau demi sinyal internet, takjub saya. Saya ikut terpengaruh juga dari kegigihan mereka.”


Sebuah pelatihan yang melibatkan lebih dari seratus peserta itu merupakan buah hasil praktik baik dari para Pendekar VR, termasuk Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. Pada dasarnya, Pendekar VR sendiri merupakan sebuah komunitas aktif yang bergerak demi memperluas pendidik yang giat mengimplementasikan teknologi VR di dunia pendidikan. Selain itu, Pendekar VR adalah komunitas yang bergerak di bawah naungan MilleaLab, sebuah platform teknologi VR yang menawarkan kemudahan pembuatan bahan ajar berbasis VR. Di saat yang bersamaan, MilleaLab menjadi aplikasi yang menarik perhatian Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. untuk beradaptasi terhadap penyebaran dampak imersif ini.


“Pertama kali saya tertarik itu karena penasaran. Kebetulan, saya berteman dengan salah satu Pendekar VR. Jadi, beliau ini mengunggah di Facebook tentang VR MilleaLab. Saya melihat ada materi pembelajaran zaman purba, namun terlihat nyata. Akhirnya saya berpikir kalau ini diaplikasikan di kelas akan sangat menarik. Apalagi, ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran itu kurang,” ucap Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. Ia pun mengaku bahwa faktor kurangnya minat belajar peserta didik sangat dipengaruhi signifikan oleh teknologi smartphone. Meskipun demikian, jika teknologi seperti VR dapat terimplementasikan dengan baik, dampaknya terhadap proses pembelajaran akan sangat baik.


Lebih lanjut, Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. menambahkan, “Kepulauan Riau itu minimal satu tahun sekali biasanya mengadakan kegiatan workshop VR ini. Yang kemarin itu terlaksana di Oktober 2023, saya bertugas sebagai Koordinator. Para trainer pun datang dari Pendekar VR. Meskipun peserta awalnya banyak yang kebingungan, tetapi antusiasnya sangat luar biasa.” Selain bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Riau, pelatihan tersebut turut melibatkan IGI Kabupaten Natuna. Adapun satu masalah utama daripada perencanaan sekaligus pelaksanaan hanyalah jarak antaranggota Pendekar VR yang berjauhan.


“Saya ingin agar tidak hanya sebagian pendidik di Indonesia yang beradaptasi dan berniat untuk menyebarkan dampak imersif dari teknologi VR di dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum yang berubah menjadi Merdeka Belajar, para pendidik harus mempelajari pola pembelajaran yang baru. Salah satunya adalah melalui teknologi imersif ini,” tegas Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. Selanjutnya, Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. percaya bahwa motivasi belajar peserta didik adalah titik awal bagi penerimaan materi pembelajaran yang efektif di ruang kelas. Pada akhirnya, Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr. mengajak seluruh pendidik di Indonesia agar berpartisipasi dalam penyebaran dampak imersif teknologi VR di dunia pendidikan. “Di tengah guncangan media sosial dan aplikasi-aplikasi canggih, pendidik juga perlu senjata untuk menyaingi itu semua agar peserta didik tertarik dengan apa yang dipelajari. Salah satunya adalah dengan teknologi imersif seperti VR,” tutup Dewi Hidayati, S. Pd. I., Gr.



bottom of page