Virtual Reality (VR) merupakan istilah yang tergolong baru di dunia pendidikan di Indonesia. Teknologi ini merupakan salah satu solusi tepat dan cerdas di saat pandemi Covid 19 melanda dunia. Sudah hampir 2 tahun menghadapi pandemi ini yang tentunya berdampak pada sektor pendidikan. Khususnya Kota Pekanbaru Provinsi Riau, pembelajaran daring dilakukan oleh sekolah dan kampus. Dengan begitu, diperlukan inovasi bagi sekolah/kampus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di saat rendahnya minat peserta didik/mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran online dan VR yang digagas Millealab sangat membantu pembelajaran dengan teknologi multimedia kreatif.
Pengalaman saya pertama melakukan riset pada tahun 2018 yang didanai oleh RISTEKDIKTI dengan luaran publikasi di Prosiding SISFOTEK “Aplikasi 3D Virtual Reality Berbasis Mobile Sebagai Media Promosi Budaya Melayu Riau pada Museum Sang Nila Utama Pekanbaru” dan Jurnal J-Sakti “Aplikasi 3D Mapping Menggunakan Virtual Reality (Studi Kasus Museum Sang Nila Utama). Pada saat riset tersebut saya mempunyai tim sebanyak 4 orang dengan tugas masing-masing. Saat itu tim membuat aplikasi VR 3 dimensi berawal dengan pengambilan foto-foto koleksi museum lalu dibuatkan objek 3D menggunakan blender. Lalu di sinkronisasi dengan unity untuk VRnya. Proses yang cukup lama dan harus mempunyai spesifikasi komputer yang tinggi. Selain itu harus mempunyai VR box dan smartphone dengan spesifikasi yang tinggi dengan fitur sensor gyroscope dan accelerometer.
Suatu kebetulan saya dapat link dari grup WA ada pelatihan VR pada pertengahan tahun 2021 dengan judul “VR Sebagai Media Pembelajaran Inovatif” yang diadakan oleh gurubinar.id berkerjasama dengan Millealab. Hasil kegiatan ini harus mampu membuat aplikasi VR yang didemokan di depan mahasiswa STMIK Amik Riau. Hasilnya saya publikasi pada jurnal JTKESIS tahun 2021 dengan judul ”Aplikasi 3D VR Class Sebagai Inovasi Media Pembelajaran Di tengah Pandemi”.
Sungguh pengalaman yang membuka cakrawala pola pikir saya, bahwa dulu membuat objek 3D untuk VR sangatlah susah dan memerlukan spesifikasi tool yang tinggi. Dengan kehadiran Millealab semua berubah, yang mana hanya dengan menggunakan spesifikasi laptop standar, smartphone standar dan tidak wajib menggunakan VR box. Pasalnya Millealab telah menyiapkan semua objek 3D sesuai dengan mata pelajaran yang dibutuhkan oleh tenaga pendidik. Ditambah lagi dengan adanya beragam scene yang sudah tersedia menjadikan Millealab sebagai media pembelajaran yang sangat mudah digunakan dan memiliki nilai plus tersendiri. Fitur yang menonjol seperti stand point dan portal memiliki peranannya masing-masing. Pada fitur stand point menjadi titik fokus agar mudah bergerak (moving) dalam aplikasi. Sedangkan pada fitur “portal” bertujuan menyambungkan beberapa scene yang telah dibuat.
Setelah menjalani pelatihan tersebut pada bulan Agustus 2021, saya juga melakukan kegiatan kepada masyarakat dan ke sekolah dengan mengangkat judul “Workshop 3D Virtual Reality untuk Mendukung Kreatifitas Pembelajaran bagi Guru dan Siswa di SMK Sulthan Muazzam Syah Pekanbaru”. Dengan adanya kegiatan sharing ilmu ini bertujuan untuk meningkatkan minat guru dan siswa dalam menerapkan VR sebagai solusi yang tepat pada pembelajaran di sekolah baik offline dan online. Kegiatan ini sebagai wujud nyata saya sebagai guru tamu pada jurusan Multimedia pada SMK Sulthan Muazzam Syah Pekanbaru dan juga sebagai alumni dari kegiatan Gurubinar, Millealab, Shinta VR bisa memberikan solusi cerdas di saat zaman now.
Suatu kehormatan bagi saya dapat memanfaatkan aplikasi dari Millealab sebagai startup bidang pendidikan (education technology) yang diperhitungkan di ASEAN pada ASEAN Startup Challenge 2021. Jadilah guru-guru Indonesia yang cerdas dan inovatif untuk keberlangsungan pendidikan lebih baik untuk generasi penerus Bangsa Indonesia.
Comments