“Pengkajian tentang implementasi teknologi Virtual Reality telah dikembangkan dalam waktu yang lama. Penelitian Max, Sarah, dan Coble pada tahun 1998 memaparkan sejumlah bukti bahwa VR mampu mengobati ketakutan berbicara di depan umum secara efektif.”
Teknologi selalu hadir dengan berbagai dampak positifnya, termasuk pemanfaatan teknologi terhadap terapi untuk meningkatkan kemampuan individu. Melalui teknologi berkembang seperti Virtual Reality (VR), tantangan berupa ketakutan berbicara di depan umum pun dapat teratasi. Seperti yang kita ketahui, banyak individu yang merasa takut untuk berbicara di depan banyak orang. Dalam hal ini, VR berperan sangat penting dalam mengobati ketakutan tersebut secara efektif. Pemaparan serta penjelasannya tertuang dalam sebuah penelitian berjudul “Virtual Reality Therapy: an Effective Treatment for the Fear of Public Speaking” oleh Max, Sarah, dan Coble (1998).
Sebelumnya, ada satu hal menarik dari penelitian tersebut, yakni tahun publikasinya pada tahun 1998. Seperti yang kita ketahui, pada tahun tersebut teknologi VR masih belum secanggih saat ini dan masih berkembang. Faktanya, Max, Sarah, dan Coble (1998) mengkaji penelitian tersebut dengan tujuan menyelidiki kemanjuran Virtual Reality Therapy (VRT) dalam pengobatan ketakutan berbicara di depan umum. Teknologi VR sendiri merupakan teknologi canggih yang mampu menyediakan dunia virtual tiga dimensi yang interaktif. Pertanyaannya, bagaimana teknologi canggih ini dapat mengatasi ketakutan berbicara di depan umum secara efektif?
Dalam penelitiannya, Max, Sarah, dan Coble (1998) mengandalkan metode penelitian dengan proses penyaringan dua tahap yang ekstensif, enam belas subjek dipilih dari kelas pengantar psikologi di Universitas Clark Atlanta. Mereka ditugaskan ke dalam dua kondisi spesifik, yaitu kelompok VRT dan kelompok pembanding. Lebih lanjut, para peneliti mempercayai bahwa ketakutan untuk berbicara di depan umum sering disebut-sebut sebagai fobia sosial yang paling umum. Fobia sosial seperti ketakutan berbicara di depan umum ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, variabel ekonomi atau pendidikan. Para subjek yang dipilih dari kelas pengantar psikologi pun secara sukarela untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Sekelompok tiga puluh lima mahasiswa menjalani dan proses penyaringan dua tahap yang ekstensif untuk memastikan bahwa mereka menderita ketakutan berbicara di depan umum dan tidak memiliki kondisi fisik atau psikologis serius lainnya. Selanjutnya, tahap pertama dari proses penyaringan terdiri dari serangkaian kuesioner yang diberikan di kelas psikologi. Mereka dihadapkan pada adegan Virtual Reality yang sepele dan disarankan oleh para peneliti untuk mengelola rasa takut dan mengekspos diri mereka pada situasi yang mereka hindari. Pendekatan ini digunakan untuk mengimbangi efek plasebo. Lebih lanjut, para subjek diminta untuk tidak berkomunikasi dengan subjek lain dan tidak mengobati diri sendiri dengan relaksasi apapun.
Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat antara skor pre-test kedua kelompok pada instrumen yang mengindikasikan bahwa kedua kelompok cocok untuk tingkat ketidaknyamanan awal dalam berbicara di depan umum. Sebaliknya, perbedaan yang signifikan ditemukan antara skor pre-test dan skor post-test kelompok VRT pada kedua instrumen, dan antara nilai post-test dari kedua kelompok pada kedua tes. Hasil rata-rata dan uji ini menunjukkan bahwa nilai post-test kelompok VRT secara signifikan lebih rendah daripada skor pre-test dan skor post-test dari kelompok pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa VR telah memberikan dampak signifikan terhadap tingkat kepanikan dan ketakutan saat berbicara di depan umum.
Sekali lagi, VR telah mewujudkan dampak nyatanya terhadap dunia terapi, terutama mengatasi ketakutan berbicara di depan umum secara efektif. Penelitian Max, Sarah, dan Coble (1998) telah menjadi bukti awal yang telah ada sejak puluhan tahun silam. Melalui perbandingan kedua kelompok penelitian untuk menelaah terapi efektivitas VR mengobati ketakutan berbicara di depan banyak orang, penelitian ini menyampaikan titik terang bagi masa depan pemanfaatan VR lebih jauh.
Comments