Pada dasarnya, teknologi sengaja diciptakan untuk mempermudah kehidupan sehari-hari manusia. Sama halnya dengan teknologi Virtual Reality. Mulanya, teknologi Virtual Reality sendiri sengaja diciptakan sebagai perangkat dalam bermain video game, karena kemampuannya dalam membawa penggunanya untuk masuk ke lingkungan virtual layaknya dunia nyata. Dengan begitu, para penggunanya dapat merasakan sensasi yang jauh lebih interaktif, jika dibandingkan dengan bermain game pada umumnya yang hanya melalui monitor. Namun seiring berjalannya waktu, teknologi Virtual Reality tidak lagi hanya dimanfaatkan dalam bermain game saja, melainkan sudah mulai diaplikasikan dalam pendidikan, industri pengembangan SDM, bahkan mulai digunakan pada industri kesehatan. Seperti halnya penggunaan VR pada terapi kesehatan mental.
Terapi kesehatan mental yang paling efektif adalah sebuah terapi yang mampu mengubah cara pasien berpikir, bereaksi, dan berperilaku dalam situasi yang mereka anggap paling menantang. Terdapat 3 alasan mengapa teknologi Virtual Reality mampu pulihkan kesehatan mental. Diantaranya:
1. “In-situ” Coaching
Pengertian dari “In-situ” Coaching ini adalah sebuah pelatihan melibatkan instruksi langsung dengan keterampilan dan umpan balik di lingkungan di mana keterampilan tersebut digunakan. Seperti halnya ketakutan akan keramaian, si pasien akan diajak ke lingkungan ramai, lalu diberikan instruksi secara langsung dan melihat bagaimana reaksinya. Jika memanfaatkan karakteristik teknologi Virtual Reality tersebut, tentu saja akan memangkas beberapa aspek. Mulai dari waktu, hingga uang.
2. Flexibility
Teknologi Virtual Reality tidak hanya lebih praktis, terkadang orang-orang juga cenderung lebih berani ketika menggunakan Virtual Reality karena mereka sadar itu semua hanya sebuah simulasi virtual. Walau begitu, pasien dapat melakukan terapi secara berulang kali terhadap hal-hal yang menakutkan atau bahkan memalukan jika dilakukan di dunia nyata, hingga dirasa cukup.
3. Automation
Keunggulan dari terapi Virtual Reality juga dapat diotomatisasi. Sangat memungkinkan untuk menciptakan terapis yang siap memberikan arahan secara teknis maupun psikologi dalam dunia virtual. Dengan begitu, seorang pasien tidak perlu harus menunggu jadwal terapis yang terkadang relatif padat.
Berbagai penelitian mengenai Virtual Reality di seluruh dunia telah membuktikan bahwa teknologi Virtual Reality hadir tidak hanya semata-mata untuk bermain video game saja. Kini berbagai inovasi teknologi Virtual Reality hadir untuk memberikan impact lebih dari sebelumnya. Seperti halnya pada terapi kesehatan mental ini. Meskipun seorang terapis tidak akan tergantikan hingga kapanpun, dengan memanfaatkan teknologi Virtual Reality, tentunya dapat meningkatkan jumlah orang untuk mengakses terapi tanpa adanya batasan. Hal ini sama saja dengan pendidikan berbasis Virtual Reality yang dikembangkan oleh MilleaLab. Di mana para peserta didik tidak perlu menunggu pendidik untuk menemani proses pembelajarannya, karena pendidik dapat memberikan informasi yang jelas di dalam konten VRnya dan dapat memonitor pembelajaran peserta didik di dalam konten VR tersebut.
Comments